Baru-baru ini abg iparku mengadakan Majlis Pembukaan Pusat Pembelajaran Al Quran bersistemkan Qiraati..Bagus kan niat murni suci abang iparku..Aku tabik spring la kat dia sekarang nie..Tapi bukan dia la yang mengajar.Ada seorang Ustaz yang mengajar.Rezeki kalau ada lebih kita kena buat amalan sikit..tak banyak sikit pun jadi laa..abg iparku ada sebuah kedai runcit dan sebuah restoran sebelah menyebelah dengan kedai runcit nya..Tahniah la di atas kejayaannya menubuhkan Pusat Pembelajaran ini..Aku turut berbangga..bila laa turn aku pulak nie..aku pun punya cita-cita yang macam ni suatu hari nanti..Tapi aku teringin nak ada nursery kanak-kanak yang dalam nya di isi dengan pembelajaran agama juga..Kata orang biar kanak-kanak di asuh dengan pendidikan agama sejak kecil lagi..Tentang sistem Qiraati nie aku memang amat teruja dan pasang angan-angan macam abg iparku juga..heee..Apa ye Qiraati nie..
Sejarah dan Sistem Qiraati
MENJAGA BERSAMA "MENJAGA AL-QUR'AN DENGAN QIRAATI
1. Latar Belakang penyusunan "Metode Qiraati"
-Pada 1963, ustadz H. Dachlan S.Z. mulai mengajar baca AL-Qur'an dengan menggunakan "Turutan".
-Tidak puas dengan hasil yang dicapai dari Turutan, beliau mencoba meneliti beberapa buku pelajaran membaca Al-Qur'an.
-Dari buku-buku yang ada dirasa kurang memenuhi kriteria untuk mengajar ilmu baca Al-Qur'an yang baik dan benar.
-Gagasan menyusun metode sendiri.
Penyusunan melalui proses yang sangat panjang dilakukan dengan penelitian, pengamatan, dan percobaan. Sementara sejak awal penyusunan metode, beliau selalu menekankan kepada murid-muridnya untuk membaca dengan LANCAR, yakni CEPAT, TEPAT dan BENAR.
Nama Qiraati diberikan oleh dua orang, yakni Ustadz Achmad Djunaidi dan UStadz Syukri Taufiq. Qiraati mengandung makna "bacaanku" (yang baik dan benar sesuai dengan kaidah bacaan yang bertajwid lagi tartil). Kemudian pada tahun 1970-an, buku Qiraati ditashih dan mendapatkan restu dari ulama besar Al-Qur'an, yakni K.H.Arwani Amin A.H.
Sejak saat itulah mulai dikenal umat Islam dan digunakan dalam mengajarkan ilmu bacaan Al-Qur'an. Dengan menggunakan metode Qiraati yang beliiau susun, beliau merintis Taman Kanak-Kanak Al-Qur'an pada tanggal 1 Juli 1986.
2. Metode Qiraati dan Sistem Pengajarannya
a. Tujuan Metode Qiraati:
* Menjaga dan memelihara kehormatan/kesucian Al-Qur'an (dari segi bacaan tartil sesuai dengan kaidah tajwid)
* Menyebarkan ilmu bacaan Al-Qur'an yang benar dengan cara yang benar
* Mengingatkan para guru Al-Qur'an agar berhati-hati dalam mengajarkan Al-Qur'an
* Meningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran AL-Qur'an
b. Target Qiraati:
"Murid mampu membaca Al-Qur'an secara tartil sesuai dengan Kaedah Tajwid yang telah dicontohkan dan diajarkan Rasulullah Muhammad saw secara mutawatir dengan uraian sebagai berikut:
Dalam waktu -/+ 2 tahun, anak-anak sudah mampu khatam 30 juz (binnadzar);
1. Makhraj sebaik mungkin
2. Mampu membaca Al-Qur'an dengan bacaan yang bertajwid
3. Mengenal bacaan Gharib dan Musykilat
4. Hafal (faham) ilmu tajwid praktis
5. Mengerti shalat, bacaan dan praktisnya
6. Hafal surat-surat pendek minimal adh-Dhuha
7. Hafal do'a-do'a pendek
8. Mampu menulis Arab dengan baik dan benar
c. Sistem/Aturan Metode Qiraati
* Membaca langsung tanpa mengeja
* Praktek bacaan bertajwid secara mudah dan praktis
* Susunan materi bertahap dan berkesinambungan
* Materi disusun dengan "Sistem Modul/Paket"
* Banyak latihan membaca (drill)
* Belajar sesuai dengan kesiapan dan kemampuan murid
* Evaluasi setiap pertemuan
* Belajar dan mengajar secara "Talaqqi-Musyafahah"
* Guru pengajarnya harus ditashih (Ijazah billisani)
d. Prinsip Dasar Metode Qiraati
1. Prinsip bagi Guru:
* DAKTUN (Tidak-boleh-Menuntun)
* TIWASGAS (Teliti-Waspada-Tegas)
2. Prinsip bagi Murid:
* CBSA+M (Cara-Belajar-Siswa-Aktif dan Mandiri)
* LCTB (Lancar: Cepat, Tepat dan Benar)
e. Filosofi Metode Qiraati
* Sampaikan materi pelajaran secara praktis, simpel, dan sederhana (mudah dipahami oleh murid), jangan terlalu rumit dan berbelit-belit (Imam Ghazali)
* Berikan materi pelajaran secara bertahap dengan penuh kesabaran (K.H.Arwani Amin A.H.)
* Jangan mengajarkan yang salah kepada anak-anak karena mengajarkan yang benar itu mudah (K.H.Dachlan S.Z.)
3. Guru dan Kelembagaan dengan Metode Qiraati
Nabi Saw bersabda:
"Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya." (H.R. Imam Bukhari dari Abi Hurairah r.a.)
a. Guru Ngaji Harus:
1. Melakukan 4 hal:
* sabar dan ikhlas
* sering tahajjud
* sering tadarus Al-Qur'an
* syukur
2. Qiraati tidak boleh disodor-sodorkan
b. Guru Qiraati
1. Lulus tashih
2. Mengikuti pembinaan metodologi pengajaran
3. Tadarus
c. Prinsip-prinsip Mengajar Metode Qiraati
* Untuk Pra TK : "Belajar sambil bermain, bermain sambil belajar"
* Jangan mengajar 3 huruf, jika 2 huruf belum lancar, jangan mengajar 2 huruf, jika masing-masing huruf belum paham
* (INI DULU......BARU ITU....!!!)
* Ketika guru memberi contoh, murid akan: LIHAT-DENGAR-PAHAM
* Ketika membaca, murid akan: LIHAT-LANCAR
d. Lembaga Qiraati
1. Peringkat Keras
* Tempat (standar 3 x 3,5)
* Almari, papan tulis, dll
* Alat Peraga
* Buku pegangan (santri maupun guru)
2. Peringkat Lunak
* Materi Qiraati
* Aturan atau ketentuan-ketentuan yang ada
* Administrasi
3. SDM
* Pengurus
* Kepala Sekolah
* Guru
* Tata Usaha
4. Koordinator
4. Lain-lain
a. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan mengajarkan ilmu baca Al-Qur'an:
* Guru pengajarnya
* Metode pengajarannya
* Kurikulum pendidikan
* Murid
* Lingkungan belajar
b. Beberapa Faktor Kesalahan Guru-guru TKQ/TPQ:
* Tidak mengetahui standar bacaan Al-Qur'an yang sesuai dengan Kaidah Tajwid (Tartil)
* Tidak membiasakan yang benar kepada dirinya sendiri dan kepada muridnya
* Tidak mengerti/ memahami dan tidak menguasai Metode Pengajaran Ilmu Baca Al-Qur'an secara tepat dan benar
* Sembarangan dalam mengajarkan Ilmu Baca Al-Qur'an
* Kurang memahami kesediaan dan kemampuan murid
Amanah Qiraati
K.H. Dahlan Salim Zarkasyi berkata:
"Jangan wariskan AL-Qur'an yang salah karena yang benar itu mudah.
Tidak semua orang boleh mengajar Qiraati, tetapi semua orang boleh diajari Qiraati.
Dalam 100 siswa/santri 1 yang bodoh, jika ada lebih dari 1 yang bodoh, maka yang perlu dipertanyakan adalah gurunya."
Sumber : google search
No comments:
Post a Comment